Last Updated:
Prospek Industri Furniture
PustakaDunia.com

Prospek Industri Furniture

Anonymous
Anonymous Home Industri

Prospek Industri Furniture - Mulai meningkatnya pertumbu­han ekonomi Indonesia di sisi lain tentunya akan meningkatkan pertumbu­han disektor properti yang sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan perekonomian Indonesia. Membaiknya perekonomian Indonesia juga akan mendorong peningkatan inves­tasi baik domestik maupun asing dan terjadinya peningkatan investasi berarti akan meningkatkan pula pasar industri properti, dan membaiknya pasar industri properti tentunya akan meningkatkan pula kebutuhan furniture disektor properti baik langsung maupun tidak langsung.  

Di dalam PDB ini sumbangan sektor properti memang tidak begitu besar, namun selama periode tahun 1999-2001 konstribusi industri konstruksi dalam PDB  terlihat mulai bangkit kembali. Bila pada tahun 1999 kontribusi pertumbuhan sektor kontruksi sebesar 5.87 % maka pada tahun 2001 meningkat menjadi 6.02 %, atau selama periode tahun tersebut (1996-2001) rata rata adalah sebesar 6.7 % per tahun.

Sumbangan Dan Laju Pertumbuhan Sektor Konstruksi  Dilihat Dari PDB, 1996-2001

Sektor

1996

1997

1998

1999

2000

2001

Industri Konstruksi*)

 

 

 

 

 

 

Nilai (Rp miliar)

32.810.6

35.436.4

22.460.4

22.285.5

23.788.8

24.780.0

Pertumbuhan (%)

12.37

7.73

-36.46

-0.78

6.74

3.96

Kontribusi to PDB

7.93

8.18

5.96

5.87

5.98

6.02

*) Termasuk Properti

Sumber : BPS, diolah ANONYM

Dengan melihat berbagai indikator tersebut faktor di atas dan melihat  berkembangnya sektor properti seperti perumahan, perkantoran, pertokoan, perhotelan, apartemen dan sektor properti lain­nya yang  mulai membaik, secara langsung atau tidak langsung juga akan meningkatkan kebutuhan akan papan diantarannya adalah kebutuhan akan perlengkapan rumah tangga  (Furniture).

Menurut laporan Biro Pusat Statistik Indonesia, indek harga konsumen di Indonesia terutama sektor perumahan dan perlengkapan­nya selama tahun 1999-2002  berdasarkan indeks tahun 1996, khususnya sektor perlengkapan rumah tangga terlihat cenderung meningkat. Pada tahun 1999  tercatat dengan indeks harga sebesar 257.97 meningkat menjadi 276.80 atau hingga tahun 2002 tercatat menjadi 293.45. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut : 

Indeks Harga Konsumen Sektor Perumahan Dan Perlengkapannya 1996 =100, 1999-2002.

Indeks Harga Kousumen

1999

2000

2001

2002

  Perumahan/Housing  :          

 161.77  

183.61

208.57

219.02

  1 Biaya Tempat Tinggal        

 161.76

176.98

198.19

205.89

  2 Penerangan & Air            

 128.62

152.68

196.05

219.97

  3 Perlengkapan Rumah Tangga

 257.97

276.80

291.03

293.45

     4 Penyelenggaraan Rumah Tangga    

 207.96

220.88

242.96

250.53

Sumber : BPS

Dari indikator-indikator ekonomi tersebut di atas, dalam jangka pendek prospek pasar furniture di dalam negeri diperkirakan masih memiliki prospek yang cukup baik, walaupun peningkatannya mungkin  tidak sebesar  tahun-tahun sebelumnya, dimana kondisi ekonomi pada waktu itu (sebelum krisis) cukup stabil dan persediaan bahan baku kayu juga  cukup melimpah.

Jika perkembangan pembangunan di sektor properti dan faktor-faktor lainnya termasuk perkembangan ekonomi, perkembangan penduduk,  diasumsikan sebagai perkiraan untuk menghitung konsumsi kebutuhan  wood furniture di Indonesia, maka dalam jangka pendek kebutu­han wood furniture di sektor perumahan pada tahun 2002 diperkirakan sebesar  2.169.7 ribu M3, meningkat pada tahun 2003 menjadi 2.235.7 ribu M3, dan pada tahun 2004 akan mencapai 2.321.6 ribu M3. Sedangkan kebutuhan furniture sektor – sektor lainnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. 

Perkiraan Konsumsi  Furniture Jangka Pendek, 2002-2004

Bangunan Properti

2002

 

2003

 

2004

 

 

(m3)

(%)

(m3)

(%)

(m3)

(%)

1.Perumahan (M3)

2.169.754

71,68

2.235.770

73,16

2.321.630

73,69

2.Perkantoran (M3)

102.010

3,37

66.010

2,16

48.203

1,53

3. Perhotelan  (M3)

15.438

0,51

12.530

0,41

11.972

0,38

4. Sektor Lainnya :

 

 

 

 

 

 

Apartemen (M3)

68.108

2,25

43.701

1,43

36.861

1,17

Number Of

19.373

0,64

15.891

0,52

13.232

0,42

Pertokoan (M3)

 

 

 

 

 

 

Penambahan Pabrik

142.269

4,70

115.211

3,77

114.680

3,64

Baru (M3)

 

 

 

 

 

 

Fasos/Fasum (M3)

 

 

 

 

 

 

a Rumah Sakit (M3)

77.491

2,56

40.034

1,31

38.752

1,23

b Fasilitas  Pendidikan

298.160

9,85

359.080

11,75

423.117

13,43

c Lainnya

 

 

 

 

 

 

(Pergantian) (M3)

134.399

4,44

167.469

5,48

141.774

4,50

T o t a l

3.027.000

100,00

3.056.000

100,00

3.150.536

100,00

Sumber : Penelitian ANONYM

Prospek Industri Furniture Jangka Panjang 

Dilihat dari prospek jangka panjang industri furniture di dalam negeri  masih cukup baik,  namun yang menjadi kendala adalah masalah bahan baku kayu yang semakin terbatas.

Terutama setelah adanya issu bahwa pemerintah dalam waktu dekat akan membatasi produksi kayu log sebagai bahan utama pembuatan furniture di dalam negeri.

Untuk mengatisipasi kondisi tersebut dalam jangka panjang, pemerintah Indonesia akan berusaha menciptakan kebijaksanaan untuk menunjang perkembangan industri yang menggunakan kayu sebagai bahan baku usahanya melalui  pelarangan ekspor kayu bulat dan program  HTI (Hutan Tanaman Industri). 

Kebijaksanaan ini dimaksudkan untuk menunjang perkembangan industri berbahan baku kayu dengan memanfaatkan sumber daya hutan yang dikelola secara lestari dan berkelanjutan.  Namun pada kenyataanya, pelaksanaan HTI ini juga tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan, bahkan dalam banyak kasus justru pencurian kayu dan penebangan liar yang terus berkembang.

Akan tetapi bahan baku alternatif seperti kayu karet,  kayu jati, rotan, enceng gondok dan bahan substitusi lainnya dapat dijadikan solusi untuk bahan baku furniture dalam jangka panjang. 

Sementara itu jika dilihat prospek ekspornya, dalam jangka panjang masih sangat menjanjikan, terutama pada periode tahun  2004 –2006 yang rata-rata ekspornya diperkirakan masih di atas 1,0juta m3 per tahun.                                                       

Prospek Pasar Dalam Negeri Dan Ekspor  Pasar Furniture Indonesia,Tahun 2004-2006

Tahun

Produksi

(M3)

Konsumsi

(M3)

Ekspor

(M3)

2004

4.314.281

3.150.536

1.163.745

2005

4.573.138

3.229.230

1.343.908

2006

4.847.526

3.326.179

1.518.349

    Sumber : Diolah ANONYM

Perkembangan Konsumsi / Pasar dan Produk Substitusi 

Seperti dikemukakan konsumsi furniture di dalam negeri pada tahun 2002 tercatat sebesar 3.027 ribu M3, meningkat pada tahun 2003 menjadi 3.050 ribu M3, kemudian pada tahun 2004 kembali meningkat menjadi 3.150.5 ribu M3 atau hingga tahun 2006 menjadi  3.326.1 ribu m3.

Dari total konsumsi furniture di dalam negeri  tersebut  pasar konsumsi produk subsitusi seperti furniture plastik, besi,  dan produk subsitusi lainnya tergolong masih kecil, ANONYM memperkirakan sekitar  2 % sampai 3 % dari total produksi furniture nasional. Produk produk subsitusi tersebut antara lain kursi plastik, dan meja plastik serta kombinasi antara furniture kayu dan besi.  

Sedangkan pasar produk furniture substitusi umunya adalah di restoran-restoran kecil dan rumah-rumah. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut. 

Perkiraan Konsumsi  Pasar Produk Furniture Substitusi di Dalam Negeri Tahun, 2002-2006

Tahun

 

Kapasitas

(M3)

Produksi

(M3)

Konsumsi DN

(M3)

Substitusi

(M3)

2002

4.300.000

3.439.318

3.027.000

90.810

2003

4.400.000

3.852.036

3.056.000

91.680

2004

4.450.000

4.314.281

3.150.536

94.516

2005

4.500.000

4.573.138

3.229.230

96.877

2006

4.500.000

    4.847.526

3.326.179

99.785

Sumber : Diolah ANONYM

Peranan Pemerintah Pusat dan Daerah Bagi Industri Furniture 

Kebijaksanaan otonomi daerah yang menggelinding dalam beberapa tahun terakhir ini dianggap merupakan salah satu cara yang paling bijaksana untuk melakukan distribusi pendapatan antara daerah dan pusat.

Namun pada kenyataannya justru membuahkan hasil suatu polemik dan konflik yang berkepanjangan, sehingga cenderung menambah ketidakpastian bagi kalangan umum maupun bagi dunia usaha. 

Pemerintah daerah yang memiliki kewenangan lebih besar dengan adanya kebijaksanaan otonomi daerah justru dianggap pelaku ekonomi telah memberikan suasana yang semakin tidak kondusif dan semakin membebani pengusaha dengan berbagai pungutannya. 

Dalam kaitannya dengan masalah bahan baku kayu misalnya,  secara geografis Indonesia terdiri dari  wilayah kepulauan dengan penduduk yang beragam dan kekayaan alam yang sangat melimpah. Namun dengan diterapkannya  Undang-undang No. 22 Tahun Pemerintahaan  Daerah dan Peraturan Pemerintah No 25 tentang Otonomi Daerah, peranan pemeritah daerah menjadi sangat penting. 

Kebijakan-kebijakan yang  dahulu sepenuhnya berada ditangan Pemerintah Pusat  secara bertahap akan semakin banyak  diserahkan ke pemerintah daerah. Dalam kondisi demikian akan menguntungkan bagi pemerintah daerah, namun dalam hal-hal tertentu akan menjadi kendala, terutama menyangakut masalah permodalan, infrastruktur dan masalah perijinan.

Pasar International 

Pasar utama produk furniture Indonesia di pasar internasional pada saat masih terorientasi ke beberapa negara, yaitu : Amerika Serikat, Japan, Netherlands, Germany dan United Kingdom.  Ekspor furniture Indonesia hingga saat ini memang masih didominasi Amerikat Serikat, negara ini memiliki kontribusi hingga 28.5 persen dari total ekspor nasional, kemudian diikuti oleh Japan yang mencapai 15.9 persen.  Ironisnya kedua negara yang menjadi tujuan ekspor furniture Indonesia tersebut saat ini sedang menghadapi resesi di negara masing-masing, sehingga pasar menjadi semakin sempit dan kompetitif.  

Disisi lain, perkembangan negara-negara lain yang menjadi kompetitor bagi Indonesia sekarang justru semakin menunjukkan daya saingnya yang semakin kuat, antara lain : Thailand, Malaysia, dan Vietnam.  Negara-negara pesaing tersebut sebenarnya tidak memiliki ketersediaan bahan baku yang mewadai seperti Indonesia, tetapi negara-negara tersebut mampu menjual dengan harga yang sangat kompetitif dibandingkan Indoensia.  Menurut pihak pihak yang berkompeten menyebutkan bahwa produk furniture Indonesia sudah kalah bersaing dengan ketiga negara tersebut, karena negara-negara tersebut sangat kreatif dan inovatif dalam menjaring pasarnya. 

Sementara itu,  perkembangan ekspor ekspor furniture dunia selama 1996-2000 terlihat terus meningkat setiap tahunnya dengan laju pertumbuhannya sekitar 5,7% per tahunnya.  Sedangkan impornya mengalami pertumbuhan sekitar 8,7% per tahunnya.  Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan akan furniture dunia masih cukup besar, dan ini merupakan peluang bagi eksportir furniture Indonesia untuk meningkatkan ekspornya. 

Perkembangan Nilai Ekspor Furniture Dunia menurut Jenisnya,  1996-2000 (ribu US$)

URAIAN (HS6DG)

1996

1997

1998

1999

2000

WOODEN FURNITURE, NESOI (940360)

   19,743,228

  19,963,647

 20,497,038

    21,531,543

    22,107,188

PARTS OF SEATS (EX MEDICAL, BARBER,

DENTAL ETC) (940190)

   11,786,233

  13,147,573

 14,982,157

    16,519,104

    18,905,532

SEATS W WOODEN FRAMES, UPHOLSTERED, NESOI (940161)

     9,423,554

    9,178,585

   9,387,402

      9,791,046

    10,119,307

PARTS OF FURNITURE, NESOI (940390)

     7,145,774

    7,488,944

   8,015,815

      8,663,383

      9,144,841

METAL FURNITURE NESOI (940320)

     5,576,289

    5,882,941

   6,396,028

      6,844,208

      7,392,407

WOODEN BEDROOM  FURNITURE, EXCEPT SEATS (940350)

     6,469,236

    6,509,098

   6,678,922

      6,846,551

      7,088,446

WOODEN KITCHEN FURNITURE, EXCEPT SEATS (940340)

     4,604,416

    4,735,737

   4,835,124

      5,173,489

      5,139,669

WOODEN OFFICE FURNITURE, EXCEPT SEATS (940330)

     3,288,873

    3,672,242

   4,013,283

      3,927,572

      4,226,307

METAL FURNITURE EXCEPT SEATS, USED IN OFFICES (940310)

     2,642,590

    2,905,769

   3,262,080

      3,236,309

      3,610,769

SEATS W WOODN FRAMES, NOT UPHOLSTERED,

NESOI (940169)

     2,341,328

    2,311,422

   2,358,300

      2,675,844

      2,634,059

SEATS OTHER THAN OF METAL OR WOODEN FRAMES,

NESOI (940180)

     1,903,765

    1,905,769

   1,843,232

      2,380,359

      2,604,010

SEATS WITH METAL FRAMES, UPHOLSTERED,NESOI (940171)

     1,989,232

    1,971,801

   2,015,773

      2,163,708

      2,340,886

SEATS WITH METAL FRAMES, EXCEPT UPHOLSTERED

NESOI (940179)

     1,256,543

    1,371,665

   1,646,237

      1,899,148

      2,174,618

SWIVEL SEATS W VRIBLE HGHT ADJ EX DENTIST

ETC (940130)

     1,328,890

    1,544,252

   1,789,954

      1,898,524

      2,055,969

FURNITURE OF CANE, BAMBOO OR SIMLR MATERIAL,

NESOI (940380)

     1,887,379

    1,895,346

   1,766,320

      1,844,622

      1,965,043

SEATS OF A KIND USED FOR MOTOR VEHICLES (940120)

     1,617,523

    1,631,379

   1,912,513

      1,801,897

      1,827,234

MED SURG DEN VET FURN EX DEN BRBR CHR & PT

THEREOF (940290)

     1,370,656

    1,365,970

   1,364,457

      1,447,700

      1,635,772

FURNITURE OF PLASTICS, NESOI (940370)

     1,365,131

    1,300,796

   1,509,102

      1,570,999

      1,512,341

SEATS OF A KIND USED FOR AIRCRAFT (940110)

        484,476

       698,867

   1,008,309

      1,271,025

      1,072,810

SEATS EXC GARDEN SEATS/CAMPING EQUIP,

CONVT TO BED(940140)

        634,449

       722,689

      806,126

         833,468

         827,390

SEATS OF CANE, OSIER, BAMBOO OR SIMILAR

MATERIALS (940150)

        620,996

       472,016

      323,884

         650,360

         681,032

DENTISTS', BARBERS OR SIMILAR CHAIRS AND

PARTS (940210)

        276,551

       285,937

      276,255

         288,715

         288,367

T O T A L

   87,757,112

  90,962,445

 96,688,311

  103,259,574

  109,353,997

Pertumbuhan (%)

 --

               3.7

              6.3

                 6.8

                 5.9

Sumber : ITS/UNSD 

Perkembangan Nilai Impor Furnitur Dunia menurut Jenisnya, 1996-2000 (ribu US$)

URAIAN (HS6DG)

1996

1997

1998

1999

2000

PARTS OF SEATS (EX MEDICAL, BARBER, DENTAL ETC) (940190)

  13,052,926

  14,969,606

 16,939,423

    19,445,824

    22,904,975

WOODEN FURNITURE, NESOI (940360)

  17,170,771

  17,758,131

 19,293,179

    21,360,192

    22,851,270

SEATS W WOODEN FRAMES, UPHOLSTERED, NESOI (940161)

    8,596,999

    8,241,056

   8,756,065

      9,451,009

    10,127,174

METAL FURNITURE NESOI (940320)

    6,493,023

    7,135,132

   7,863,487

      9,169,237

      9,921,159

PARTS OF FURNITURE, NESOI (940390)

    7,171,071

    7,559,752

   8,169,045

      8,808,360

      9,464,002

WOODEN BEDROOM  FURNITURE, EXCEPT SEATS (940350)

    6,049,837

    5,893,718

   6,474,871

      7,195,963

      7,935,342

WOODEN OFFICE FURNITURE, EXCEPT SEATS (940330)

    2,928,992

    3,215,734

   3,594,371

      3,658,017

      4,032,388

SEATS W WOODN FRAMES, NOT UPHOLSTERED,

NESOI (940169)

    3,131,302

    3,281,454

   3,404,745

      3,852,233

      4,007,878

WOODEN KITCHEN FURNITURE, EXCEPT SEATS (940340)

    3,319,390

    3,411,623

   3,516,330

      3,839,789

      3,824,200

SEATS WITH METAL FRAMES, EXCEPT UPHOLSTERED

NESOI(940179)

    1,776,793

    1,956,859

   2,437,652

      3,124,324

      3,760,876

METAL FURNITURE EXCEPT SEATS, USED IN OFFICES (940310)

    2,409,519

    2,589,943

   3,027,588

      3,028,638

      3,358,791

SWIVEL SEATS W VRIBLE HGHT ADJ EX DENTIST ETC  (940130)

    1,593,643

    1,888,515

   2,343,525

      2,668,956

      2,880,780

SEATS WITH METAL FRAMES, UPHOLSTERED,NESOI (940171)

    2,080,466

    2,164,557

   2,121,353

      2,267,023

      2,436,515

FURNITURE OF CANE, BAMBOO OR SIMLR MATERIAL,

NESOI(940380)

    1,531,472

    1,527,926

   1,611,570

      1,825,795

      1,986,649

SEATS OF A KIND USED FOR MOTOR VEHICLES (940120)

    1,521,305

    1,493,782

   1,719,554

      1,776,688

      1,927,655

FURNITURE OF PLASTICS, NESOI (940370)

    1,573,279

    1,495,789

   1,669,940

      1,901,594

      1,838,566

SEATS OTHER THAN OF METAL OR WOODEN FRAMES,

NESOI (940180)

    1,257,091

    1,275,898

   1,472,029

      1,634,193

      1,575,419

MED SURG DEN VET FURN EX DEN BRBR CHR &

PT THEREOF (940290)

    1,224,515

    1,172,624

   1,262,849

      1,379,124

      1,469,246

SEATS WITH METAL FRAMES, UPHOLSTERED,NESOI (940171)

    1,139,144

    1,125,353

   1,161,025

      1,258,034

      1,291,025

SEATS EXC GARDEN SEATS/CAMPING EQUIP,

CONVT TO BED(940140)

       871,581

       858,680

      839,936

         856,027

         866,558

SEATS OF A KIND USED FOR AIRCRAFT (940110)

       373,800

       465,322

      676,136

      1,095,446

         812,414

SEATS OF CANE, OSIER, BAMBOO OR SIMILAR

MATERIALS(940150)

       810,472

       778,476

      765,684

         795,992

         811,332

DENTISTS', BARBERS OR SIMILAR CHAIRS AND

PARTS (940210)

       291,620

       299,158

      320,751

         329,488

         324,931

SEATS W WOODN FRAMES, NOT UPHOLSTERED,

NESOI (940169)

                63

                86

             830

             1,070

             4,320

T O T A L

  86,369,074

  90,559,174

 99,441,938

  110,723,016

  120,413,465

Pertumuhan (%)

 --

               4.9

              9.8

               11.3

                 8.8

Aspek Natural Resources, Labor/Capital dan Teknologi 

Pemanfaatan hutan alami sebagai sumber bahan baku industri furniture tampaknya akan menjadi kurang bijaksana karena sumberdaya hutan menjadi sangat terbatas, sehingga untuk jangka panjang tidak dapat diandalkan.  Pemerintah Indonesia telah berusaha menciptakan kebijaksanaan untuk menunjang perkembangan industri yang menggunakan kayu sebagai bahan baku usahanya melalui program HTI (Hutan Tanaman Industri). 

Kebijaksanaan ini dimaksudkan untuk menunjang perkembangan industri berbahan baku kayu dengan memanfaatkan sumber daya hutan yang dikelola secara lestari dan berkelanjutan.  Namun pada kenyataanya, pelaksanaan HTI ini juga tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan, bahkan dalam banyak kasus justru pencurian kayu dan penebangan liar yang terus berkembang. 

Sejak krisis terjadi dan hingga saat ini diperkirakan lebih dari 40 juta angkatan kerja yang memiliki status pengangguran, yang berarti secara kuantitatif masalah tenaga kerja bukan merupakan kendala utama. 

Namun hal ini akan menjadi masalah besar manakala dituntut tingkat kualitas ketrampilan yang dimiliki oleh tenaga kerja tersebut, karena pengangguran yang terjadi justru didominasi oleh tenaga kerja tidak terampil.  Sekolah-sekolah maupun balai-balai pendidikan tenaga kerja resmi yang dikelola pemerintah maupun swasta belum sepenuhnya mampu menyediakan tenaga kerja yang siap diterjunkan dilapangan. 

Kapital  merupakan salah satu faktor yang memiliki peranan yang sangat penting dalam setiap gerak usaha dibidang bisnis, dan ironisnya hingga kini pengaruh krisis belum dapat hilang dari perekonomian Indonesia secara makro. 

Krisis telah memporakporandakan sistem perbankan nasional hingga beberapa bank mengalami kebangkrutan, bahkan hingga saat ini bank-bank yang masih eksis juga belum sepenuhi mampu melaksanakan fungsinya. 

Bank-bank yang tetap eksis juga mengalami kesulitan untuk menyalurkan kreditnya, karena krisis tersebut telah membawa kepada situasi yang serba tak menentu dan pihak perbankan nasional mengambil langkah hati-hati. 

Teknologi seakan-akan sudah menjadi milik negara-negara maju, sehingga negara-negara pemakai hanya dijadikan sebagai pasar belaka dan tetap memiliki ketergantungan yang sangat kuat terhadap negara-negara pemasok.  Ketergantungan ini tampaknya tidak dapat dihindarkan dalam jangka pendek, bahkan tidak tertutup kemungkinan hingga jangka panjang, karena hingga saat ini kontribusi mesin-mesin, peralatan maupun sparepartnya dari dalam negeri masih relatif kecil.  Hal ini tentunya akan menjadi salah satu faktor yang dapat menghambat perkembangan industri furniture, apalagi untuk memenangkan persaingan di pasar internasional. 

Dari uraian di muka tergambar bahwa dalam jangka pendek maupun jangka panjang industri furniture sebenarnya memiliki prospek yang cukup baik,  ditinjau dari adanya kesempatan ekspor dan pasar domestik yang begitu luas terutama untuk kebutuhan rumah tangga dan perkantoran/perdagangan. Hambatannya mungkin hanya dari segi desain dan finishing. Untuk furniture ekspor, umumnya desainnya adalah dari pihak pemesan kecuali untuk furniture tradisionil atau ukir-ukiran / karya seni yang memiliki pasar tersendiri di dunia internasional maupun domestik.