Last Updated:
Analisa Keuangan Usaha Furniture
PustakaDunia.com

Analisa Keuangan Usaha Furniture

Anonymous
Anonymous Home Industri

Analisa Keuangan Usaha Furniture - Berdasarkan tinjauan teknis maupun pasar yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, bahwa dalam industri Furniture ini yang masih memiliki prospek adalah untuk industri menengah besar dengan orientasi pasar ekspor. Oleh karena itu yang menjadi contoh pembahasan dalam aspek finansial ini adalah jenis industri Furniture menengah besar. Berikut ini akan disampaikan beberapa analisa yang berkaitan dengan aspek finansial.

Standar Biaya Usaha Furniture 

Pembiayaan usaha industri Furniture secara garis besar dapat dikelompokkan ke dalam komponen-komponen investasi seperti tanah, bangunan, utilitas, peralatan kantor, mesin dan lain sebagainya. Sebagai ilustrasi, berikut ini akan diuraikan mengenai struktur biaya proyek industri Furniture untuk kapasitas 11.000 m3 per tahun. Secara singkat struktur biayanya dapat dilihat pada tabel berikut: 

KETERANGAN

SATUAN

TOTAL (Rupiah)

Proporsi (%)

TANAH

 

10.000 M2

3,500,000,000

10.80

BANGUNAN

 

5.160 M2

7,130,000,000

22.00

UTILITAS

 

Lumsump

200,000,000

0.62

PERALATAN KANTOR

Lumsump

200,000,000

0.62

ALAT ANGKUTAN/KENDARAAN

6 unit

800,000,000

2.47

MESIN-MESIN PRODUKSI

Lumsump

1,650,000,000

5.09

GENERATOR SET

2 unit

1,000,000,000

3.09

BIAYA PRA OPERASI

Lumsump

500,000,000

1.54

TOTAL PROJECT COST

 

14,980,000,000

46.22

IDC

 

 

 

62,963,014

2.63

MODAL KERJA

 

 

16,575,184,375

51.14

GRAND TOTAL

 

 

31,618,147,389

100.00

      

Dalam industri ini, terlihat bahwa kebutuhan akan modal kerja memiliki porsi yang cukup besar yaitu mencapai 51,14%. Hal ini dikarenakan tingginya harga bahan baku maupun bahan penolong. Hal ini dapat terlihat dari harga pokok produksi yang disajikan pada tabel berikut ini. 

HARGA POKOK PRODUKSI

 

 

 

 

Keterangan / tahun

1

2

3

4

Kapasitas (%)

65%

70%

75%

80%

Produksi (ton)

7,150

7,700

8,250

8,800

Bahan Baku

17,875,000,000

20,212,500,000

22,739,062,500

25,467,750,000

Bahan Penolong

4,468,750,000

5,053,125,000

5,684,765,625

6,366,937,500

Biaya Energi

5,559,840,000

6,586,272,000

7,762,392,000

9,107,873,280

Tenaga Kerja Langsung

6,750,000,000

7,762,500,000

8,926,875,000

10,265,906,250

Pengepakan

3,575,000,000

4,042,500,000

4,547,812,500

5,093,550,000

Biaya Overhead

7,150,000,000

8,085,000,000

9,095,625,000

10,187,100,000

Harga Pokok Produksi

45,378,590,000

51,741,897,000

58,756,532,625

66,489,117,030

 

HARGA POKOK PRODUKSI

 

 

 

 

Keterangan / tahun

5

6

7

8

Kapasitas (%)

85%

90%

95%

95%

Produksi (m3)

9,350

9,900

10,450

10,450

Bahan Baku

28,412,458,594

31,587,968,672

35,009,998,611

36,760,498,542

Bahan Penolong

7,103,114,648

7,896,992,168

8,752,499,653

9,190,124,635

Biaya Energi

10,644,826,896

12,398,092,502

14,395,562,961

15,835,119,257

Tenaga Kerja Langsung

11,805,792,188

13,576,661,016

15,613,160,168

17,955,134,193

Pengepakan

5,682,491,719

6,317,593,734

7,001,999,722

7,352,099,708

Biaya Overhead

11,364,983,438

12,635,187,469

14,003,999,445

14,704,199,417

Harga Pokok Produksi

75,013,667,482

84,412,495,561

94,777,220,560

101,797,175,753

Catatan : Biaya Bahan penolong 25% dari biaya bahan baku

 

      

Penerimaan Penjualan Usaha Furniture 

Produk yang akan dihasilkan oleh proyek investasi ini adalah berupa Furniture dengan harga jual Rp. 9.200.000,- per m3. Dalam investasi ini diasumsikan bahwa harga jual mengalami kenaikan sebesar 5% per tahun. Hal ini dikarenakan jumlah permintaan akan produk ini terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Sehingga dengan asumsi tersebut dan kapasitas produksi 65% maka selama tahun pertama produksi dapat membukukan penjualan mencapai Rp.62.491.000.000,-. Proyeksi penerimaan penjualan selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut. 

Tahun

Persentase

Volume

Harga

(Rp/m3)

Total Rupiah)

1

65%

7,150

9,200,000

62,491,000,000

2

70%

7,700

9,660,000

70,662,900,000

3

75%

8,250

10,143,000

79,495,762,500

4

80%

8,800

10,650,150

89,035,254,000

5

85%

9,350

11,182,658

99,329,955,244

6

90%

9,900

11,741,790

110,431,538,477

7

95%

10,450

12,328,880

122,394,955,145

8

95%

10,450

12,945,324

128,514,702,902

Note : Harga diasumsikan naik 5% per tahun

 

Kelayakan Investasi Usaha Furniture 

Untuk menentukan kelayakan finansial dari pendirian industri Furniture ini, dilakukan analisa terhadap beberapa kinerja melalui beberapa alat analisa. Adapun alat analisa yang digunakan meliputi Return on Investment, Return on Equity, Internal Rate of Return, Break Even Point,  Payback Period dan Profitability Index atau Benefit Cost Ratio (BCR). Hasil analisis selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.  

Hasil Analisa pendirian pabrik Furniture dengan kapasitas 11.000 m3

Alat Analisa

Hasil

ROI

22,8 %

ROE

65,1 %

PI / BCR

1,8

IRR

19,80%

BEP

49,83%

Payback Period

4,2 tahun

Analisa Sensitivitas Usaha Furniture 

Analisa sensitivitas ditujukan untuk mengetahui perubahan nilai kelayakan yang terjadi bila tingkat harga penjualan dan harga bahan baku pada rata-rata maksimum dan minimum jangka panjang (5  tahun) dan harga minimum yang terjadi sampai akhir-akhir ini maupun bila terjadi kenaikan harga mencapai 5%. 

Hasil analisa sensitivitas Usaha Furniture

Harga Bahan Baku

 

Harga Jual

 

Hasil Analisa

 

ROI

%

ROE

%

PI /   BCR

IRR

%

BEP

%

PP

Tahun

 
 

Rata-rata sekarang

Rata-rata sekarang

22.8

65.1

1.8

19.80

49.83

4.2

 

 

Turun 5%

30.8

88.0

1.9

23.33

43.05

3.4

 

 

Naik 5%

14.3

40.9

0.9

12.33

61.25

5.7

 

Turun 5%

Rata-rata sekarang

19.2

54.8

1.2

17.37

54.28

4.8

 

 

Turun 5%

27.4

78.2

1.7

22.05

45.81

3.8

 

 

Naik 5%

11.0

31.5

0.7

6.68

67.13

6.7

 

Naik 5%

Rata-rata sekarang

26.0

74.3

1.6

21.47

47.03

3.9

 

 

Turun 5%

34.3

98.1

2.0

24.39

40.59

3.1

 

 

Naik 5%

17.7

50.4

1.1

16.06

56.90

4.11

 

Rasio Keuangan Usaha Furniture 

Untuk memberikan tolak ukur kondisi keuangan dalam industri furnitur, berikut ini disajikan rasio keuangan yang diolah dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dianggap dapat menggambarkan industri furnitur saat ini. Perusahaan dimaksud adalah PT. BPT. Tbk suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang integrated woodbased industry dan telah beroperasi sejak tahun 1979. Perusahaan ini telah mengalami beberapa kali perubahan akta hingga yang terakhir tahun 1996.

Dalam analisa ini, kami hanya menyajikan satu sample perusahaan saja, karena berdasarkan pengamatan kami, kondisi industri furnitur saat ini hampir sama, bahkan semua sektor industri.

Namun demikian, walaupun perusahaan sample yang disajikan hanya satu, tetapi perusahaan tersebut adalah merupakan perusahaan besar yang terintegrasi dan sudah beroperasi cukup lama sehingga diyakini dapat merepleksikan potret industri furnitur saat ini.

Selain itu, perusahaan tersebut adalah satu-satunya perusahaan dalam industri furnitur yang telah go public, sehingga  laporan keuangan yang diperoleh pun merupakan laporan keuangan yang benar-benar dapat dipercaya dan telah dipublikasikan. Sehingga hasil analisanyapun merupakan  cerminan dari kondisi keuangan industri furnitur saat ini.

Dari laporan keuangan perusahaan contoh (sample) yang dipilih disajikan secara time series untuk sekaligus memberikan gambaran perubahannya dalam beberapa tahun terakhir. Namun demikian, nama perusahaan sengaja disamarkan dalam laporan ini karena tujuannya bukan untuk menganalisis perusahaan yang bersangkutan melainkan merujuknya sebagai gambaran umum atau pembanding untuk mengetahui kondisi atau potret industri Furniture yang sebenarnya.

Disamping itu, juga disajikan rasio keuangan berdasarkan asumsi perhitungan investasi baru yang dipakai dalam kajian ini. Tujuannya agar dapat membandingkan antara kondisi yang ada sekarang dengan kondisi berdasarkan asumsi perhitungan investasi baru. Karena kalau kita mengacu pada hasil analisa terhadap laporan keuangan saat ini saja belum tentu objektif, mengingat hampir semua sektor industri, tidak terkecuali industri furnitur saat ini, berada pada kondisi tidak normal, dimana komponen-komponen industri saat ini sedang mengalami banyak kendala, sehingga tidak dapat dijadikan acuan. Oleh karena itu, disajikannya rasio keuangan berdasarkan asumsi perhitungan investasi baru sebagaimana yang dipakai dalam kajian ini, untuk dapat memberikan acuan yang mengarah kepada rasio keuangan industri yang sesungguhnya.

Berikut adalah ikhtisar laporan keuangan perusahaan contoh industri furnitur untuk skala menengah  besar selama 2 tahun serta rasio keuangan dengan asumsi perhitungan investasi baru, dapat dilihat pada tabel berikut : 

Rasio Keuangan Industri Furniture

 

 

 

 

RATIO

 

EXISTING

PERHITUNGAN

 

 

2001

2000

Rata-rata

DG. ASUMSI

Likuiditas

 

 

 

 

 

Rasio Lancar

CR

0.11

0.12

0.11

1.31

Rasio Cepat

QR

0.03

0.04

0.04

0.63

Aktivitas

 

 

 

 

 

Marjin Laba Operasi (%)

OPM

(9.14)

(7.15)

(8.15)

19.07

Perputaran Harta Total

AT

0.25

0.21

0.23

0.75

Tingkat Aktivitas Harta

PR

1.96

1.89

1.92

3.95

Marjin Laba Neto (%)

NPM

(94.26)

(72.62)

(83.44)

8.28

Leverage

 

 

 

 

 

Rasio Utang Total

DR

1.17

0.94

1.06

0.97

Rasio Utang Equitas

DER

(6.81)

16.27

4.73

1.86

Kelipatan Penerimaan Bunga

HE

4.85

58.86

31.86

2.63

Profitabilitas

 

 

 

 

 

Penghasilan Investasi (%)

ROI

(23.14)

(15.31)

(19.23)

32.67

Penghasilan Equitas (%)

ROE

134.54

(264.43)

(64.94)

45.61

Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan Contoh tahun 2000 - 2001, diolah

 

 

         

Dari rasio keuangan di atas, kiranya dapat diambil suatu gambaran bahwa kondisi keuangan industri furnitur saat ini adalah sebagai berikut : 

  • Kondisi keuangan industri furnitur secara umum terutama yang berkaitan dengan pendanaan, yaitu likuiditas dan leverage mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh rendahnya penjualan, sementara itu biaya pokok produksi terus mengalami kenaikan, sehingga perusahaan mengalami kerugian (loss) dalam beberapa tahun terakhir ini.
  • Hal lain yang menyebabkan memburuknya kondisi keuangan dalam industri furnitur adalah karena kebanyakan perusahaan dalam industri furnitur mempunyai beban hutang baik jangka pendek maupun jangka panjang yang relatif besar, sehingga beban bunga yang harus dipenuhi dalam jangka pendek pun cukup besar.
  • Begitu juga dengan aktivitas perusahaan dalam beberapa tahun belakangan ini mengalami penurunan sehingga net profit marginnya sangat jauh dibawah angka rata-rata industri yaitu hanya rata-rata (83,44%), padahal rata-rata industri mencapai 9%.
  • Walaupun sebenarnya tingkat aktivitas hartanya cukup tinggi yaitu mencapai 1,92 kali yang berarti di atas rata-rata industri yaitu 1,2 kali.
  • Semuanya itu akan berdampak pula pada kondisi profitabilitasnya, dimana penghasilan investasi maupun penghasilan equitasnya juga mengalami negatif. 

Dari Rasio di atas nampak bahwa masalah utama PT. BPT, Tbk bukan terletak pada ratio likuiditas dan rasio hutangnya saja tetapi aktivitas dan profitabilitasnya juga dalam kondisi yang sulit.

Kondisi di atas dialami pula oleh kebanyakan perusahaan dalam industri furnitur, walaupun tingkat keparahannya berbeda-beda. Tetapi dapat dikatakan bahwa secara umum, saat ini kondisi keuangan perusahaan industri furnitur dalam keadaan yang sangat fluktuatif.

Semua ini disebabkan oleh menurunnya penjualan terutama penjualan dalam negeri sebagai dampak dari krisis. Padahal penjualan ekspor sendiri masih cukup tinggi dan cukup menggairahkan. Sehingga merubah orientasi pasar dari lokal ke ekspor bisa dicoba dalam rangka meningkatkan net profit.

Dan berdasarkan pengamatan ANONYM, bahwa kondisi demikian tidak hanya menimpa industri furnitur saja, tetapi hampir semua sektor industri mengalami hal serupa. Karena hal ini lebih disebabkan oleh faktor eksternal yaitu kondisi ekonomi yang belum pulih betul akibat diterpa krisis ekonomi yang berkepanjangan.

Kalau kecenderungan kinerja finansial ini, kita bandingkan dengan kelayakan investasi yang disajikan di atas, sangat berbeda sekali. Hal ini salah satunya adalah karena resiko yang sangat tinggi baik finansial maupun teknis sebagai mana dibahas dalam analisis titik kritis pada bab sebelumnya. Dan yang tidak kalah penting adalah pengalaman di lapangan, diketahui bahwa perbedaan tersebut juga banyak dipengaruhi moral hazard dalam perusahaan maupun pembiayaan usaha industri ini. Dalam istilah populer, hal ini antara lain tergambar pada istilah perusahaan dapat rugi, tetapi pengusahanya tidak pernah rugi, baik yang bersumber dari penyimpangan tujuan pembiayaan maupun dari pembiayaan yang berlebih karena karakteristik usahanya yang memungkinkan untuk melakukan mark up dalam pendanaanya.