Last Updated:
Kondisi Usaha Bunga dan Tanaman Hias
PustakaDunia.com

Kondisi Usaha Bunga dan Tanaman Hias

Anonymous
Anonymous Perkebunan

Kondisi Usaha Bunga dan Tanaman Hias - Pohon Industri Krisan, Mawar dan Asparagus Bintang. Umumnya bunga dan tanaman hias adalah komoditas yang dinikmati karena keindahannya.  Namun pada beberapa jenis tanaman hias, ada pula yang dapat dikonsumsi atau digunakan untuk tujuan lain karena bahan aktif yang terkandung di dalamnya. 

Berikut ini adalah gambaran pohon industri dari krisan, mawar dan daun potong asparagus bintang (Gambar. 3. 1 dan 3. 2)

Pohon Industri Krisan dan Mawar
Gambar  3. 1. Pohon Industri Krisan dan Mawar

Pohon Industri Asparagus Bintang

Gambar 3. 2. Pohon Industri Asparagus Bintang 

Diversifikasi Produk Bunga dan Tanaman Hias

Bunga dan tanaman hias dapat dikonsumsi dalam bentuk segar maupun jenis olahannya. Secara tradisional menurut Asian Productivity Organisation (APO)    bisnis bunga dan tanaman hias ini dibagi ke dalam bunga potong, bunga pot dan untuk produksi minyak. Bunga potong lebih diminati/dibutuhkan dalam perdagangan internasional dan digunakan orang untuk hiasan/kecantikan. Trend yang selalu berubah sangat bergantung pada nilai estetika masyarakat untuk berbagai produk dan perbaikannya dilakukan terus menerus.

APO menyebutkan bahwa bisnis bunga dan tanaman hias berpotensi dalam bidang entertainment, pariwisata, bahkan pada dunia olah raga. Hal ini memperlihatkan ketidakterbatasan medan bisnis bunga dan tanaman hias dikarenakan tingkat estetika yang mendorong masyarakat untuk memakainya pada berbagai tempat dan kesempatan.

Dalam kehidupan sehari-hari bunga dan tanaman hias dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, diantaranya adalah sebagai penghias taman/halaman terbuka (outdoors) atau lebih mengarah ke landscaping, sebagai tanaman hias dalam pot penyemarak ruang tamu dapat berupa bunga pot atau rangkaian bunga dengan cut flower atau cut foliage sebagai bahan pengisi, dijadikan bunga tabur pada upacara kenegaraan/tradisi ritual dan digunakan pada berbagai event seperti  perayaan pernikahan, Ulang Tahun, Valentine Day, Hari Raya Natal, Idul Fitri, Tahun Baru dan sebagainya.

Menurut APO sektor lain dari produksi tanaman hias dan bunga dengan potensi yang luas adalah untuk produksi rasa/essens,  parfum, bahan obat dan pestisida.

Sebagai obat, bunga mawar pada masa perang dunia II di Inggris telah dirintis sebagai bahan makanan/minuman dan dijadikan sebagai sumber vitamin C. Tabib Cina memanfaatkan minyak bunga mawar untuk obat “Yin” yang berfungsi menenangkan syaraf, memperlancar sirkulasi darah, memperkuat otot dinding perut besar dan menyehatkan pembuluh kapiler. Selain itu, kelopak daun mawar yang dikeringkan dapat digunakan untuk industri potpoury (untuk pengharum wadah, ruangan, dll.), dibuat bahan teh (rose tea) dan diekstrak kandungan fine etil alcohol (citronellol, nerol geraniol) untuk bahan dasar pembuatan rose oil dan parfum.

Bahan aktif pyrethrin yang dikandung kelopak bunga krisan, digunakan sebagai bahan pembuat pestisida (anti nyamuk dan serangga lainnya) karena kemampuan bahan aktif ini dalam melumpuhkan sistem syaraf serangga sehingga menyebabkan kematian serangga. Bunga krisan juga digunakan sebagai bahan pembuat teh (chrysant tea) dan digunakan pada industri bunga kering.

Sebagai tanaman hias daun maupun daun potong asparagus bintang banyak digunakan untuk pelengkap rangkaian bunga (fillers), terutama untuk rangkaian pot et fleur yaitu rangkaian bunga yang memakai perpaduan bunga potong, tanaman hias daun/bunga hidup lengkap dengan akarnya dan daun potong.

Penyebaran Wilayah Usaha Tanaman Hias dan Bunga Potong 

Kondisi agroekologi Indonesia yang bervariasi memungkinkan tersedianya berbagai daya dukung lahan (land capability) dan kesesuaian lahan (land suitability) sehingga dapat dimanfaatkan untuk pengembangan berbagai jenis tanaman hortikultura tropik maupun sub tropik.  Keragaman spesies dan varietas yang tinggi memungkinkan untuk memilih jenis komersial untuk dikembangkan pada lahan-lahan yang sesuai dengan kondisi dan potensi sumber daya alam.

Pusat produksi bunga dan tanaman hias harus dikembangkan dengan mempertimbangkan pada kondisi iklim, tanah dan jaraknya dari kota besar. Beberapa pusat produksi bunga dan tanaman hias Indonesia diperlihatkan pada Tabel 3. 1.,  sedangkan tempat-tempat  penting sebagai pusat penjualan bunga dan tanaman hias biasanya merupakan kota-kota besar  ( Tabel 3. 2.). 

     Tabel 3. 1. Sentra Produksi Tanaman Hias dan Bunga di Indonesia 

Daerah

Sentra Produksi

Jenis Komoditas

Jabotabek

Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi

Anggrek, aneka tanaman hias bunga dan daun

Sumatera Selatan

Brastagi, Kabanjahe, Tanjung, Morawa dan Medan

Gladiol, krisan, gerbera, aster, dahlia, anthurium, sedap malam, lily, mawar, palm, soka, dieffenbachia, dracaena

Riau

Kepulauan Riau

Heliconia

Jawa Barat

Cipanas, Cianjur, Bogor, Cisarua/Lembang, Sukabumi, Tasik malaya

Krisan, mawar, gladiol, gerbera, anyelir, aster, dahlia, suplir, palm, heliconia, sedap malam, azalea, melati, dracaena, dieffenbachia,  cala lily, bougenvillea, asparagus, caspea, gypsophylla, silver dollar

Jawa Tengah

Bandungan, Yogyakarta, Magelang, Tegal, Pemalang dan Purbalingga

Aster, mawar, kenikir, sedap malam, gerbera, dahlia, gladiol, krisan, lily, amarylis, melati.

Jawa Timur

Tretes, Batu, Pujon, Pasuruan dan Madura

Gladiol, mawar, krisan, anggrek, gerbera, lily, kenikir, palm, ficus, soka, dracaena,azalea,dieffenbachia, sedap malam, melati

Bali

Tabanan, Bangli, Gianyar, Badung

Anggrek, Mawar, Heliconia, anyelir, anthurium, gladiol, krisan, palem, sedap malem

Sumber : Sutater, 1998 

Tabel 3. 2. Sentra Penjualan Tanaman Hias dan Bunga di Indonesia 

Daerah

Sentra Penjualan

Jawa

Jakarta, Bandung, Semarang, Malang dan Surabaya

Sumatera

Medan

Bali

Denpasar

Sulawesi

Ujung Pandang

Sumber : Sutater, 1998

Pemetaan wilayah komoditas harus berdasarkan pada kesesuaian sumber daya lahan (jenis dan kesuburan tanah, ketinggian tempat, curah hujan, ketersediaan perairan, topografi) dengan persyaratan komoditas unggulan, serta memperhatikan nilai ekonomi, permintaan pasar, nilai keuntungan komparatif, fasilitas pemasaran, kondisi sosial ekonomi petani serta rencana tata ruang dan wilayah.

Dengan demikian, pemetaan wilayah tersebut dapat menghasilkan rencana tata ruang dan wilayah pengembangan komoditas unggulan yang sangat berguna bagi pengembangan wilayah produksi dan juga sangat berguna bagi para pengusaha yang akan menanamkan modalnya pada sektor agribisnis khususnya  untuk komoditas florikultura. Direktorat Jenderal Produksi Hortikultura dan Aneka Tanaman (2000) menyebutkan beberapa daerah sentra pengembangan untuk tanaman hias non-anggrek sebagaimana tercantum pada Tabel 3. 3 berikut. 

     Tabel  3. 3. Daerah Pengembangan Tanaman Hias Non Anggrek 

No

Uraian

Sentra Pengembangan

Komoditas

1

Perluasan areal tanaman dan pemeliharaan

Bogor, Sukabumi, Cianjur, Bandung

Tanaman hias Non Anggrek

2

Peningkatan produksi tanaman hias untuk ekspor

Bekasi, Semarang

Tanaman hias Non Anggrek

3

Pengembangan dan pemanfaatan sumberdaya potensi wilayah

Tabanan, Bangli, Kodya Medan, Deli Serdang, Karo, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Kodya Pontianak, Kodya Manado, Bol. Mangondow, Gowa, Kodya Jayapura.

Tanaman hias Non Anggrek

4

Bunga potong untuk kebutuhan nasional (hinterland)

Bogor, Sukabumi, Pontianak

Tanaman hias Non Anggrek, Palm

5

Pemasyarakatan teknologi dan pemberdayaan petani dalam penerapan teknologi maju.

Cianjur, Bandung, Sambas, Pontianak, Kodya Pontianak, Sintang.

Tanaman hias Non Anggrek, Tanaman hias daun

6

Penumbuhan produksi di areal pekarangan

Bekasi, Sambas, Pontianak, Sungai Landak, Sanggau, Sintang, Kapuas hulu, Ketapang, Bengkayang, Pontianak

Tanaman hias Non Anggrek, Tanaman hias daun

7

Penggunaan tanaman hias pohon/daun untuk kenyamanan lingkungan

Semarang, Kodya Pontianak

Tanaman hias Non Anggrek,

8

Pembinaan manajemen produksi dan usaha tani

Malang, Banyuwangi, Sumenep, Kodya Surabaya, Tabanan, Bangli, Kodya Medan, Deli Serdang, Karo, Agam

Tanaman hias Non Anggrek, Tanaman hias daun

Sumber : Direktorat Jenderal Produksi Hortikultura dan Aneka Tanaman, 2000