PustakaDunia.com

Analisa Finansial Usaha Bengkel Motor

Analisa Finansial Usaha Bengkel Motor - Dalam menganalisis aspek finansial pengusahaan jasa bengkel motor, untuk memudahkan analisis, diasumsikan satu perusahaan jasa bengkel motor kelas I yang memiliki penilaian > 80. Asumsi tersebut diambil karena kelayakan finansial suatu perusahaan jasa bengkel motor sangat ditentukan oleh tingkat pemenuhan pada sistem mutu, mekanik, fasilitas, dan peralatan, serta manajemen informasi. Dalam pembahasan selanjutnya akan terlihat seberapa jauh kelayakan finansial untuk bengkel kelas ini.

Selain itu, dengan menggunakan analisis keuangan berdasarkan contoh kasus bengkel kelas I, diharapkan hasil analisis tersebut dapat juga diterapkan pada jenis-jenis bengkel motor lain yang akan melakukan pengembangan usaha atau menambah kapasitas pelayanan.

Struktur Pendapatan Usaha Bengkel Motor

Berdasarkan hasil survey lapangan yang dijustifikasi oleh para pakar, diperoleh gambaran bahwa struktur pendapatan perusahaan jasa bengkel motor secara umum adala sebagai berikut :

  1. Pendapatan dari jasa bengkel itu sendiri.
    1. Perawatan kecil
    2. Perawatan Besar
    3. Perbaikan mesin
    4. Perbaikan body
    5. Perbaikan sistem kemudi
    6. Perbaikan roda
    7. Press velg roda
    8. Pengecatan body
    9. Pencucian
  2. Pendapatan dari penjualan suku cadang 

Pada tabel  berikut ini akan diuraikan mengenai asumsi dan perhitungan pendapatan (per bulan) untuk masing-masing jenis jasa bengkel motor serta jasa layanan yang diberikan. Asumsi yang lebih terperinci dapat dilihat pada lampiran.

Tabel.  Asumsi dan Perhitungan Pendapatan untuk Jasa Bengkel Motor per bulan

Uraian

Unit/hari

Unit/bulan

Tarif

Sub total

Perawatan Kecil

30

660

         15,000

      9,900,000

Perawatan Besar

5

110

         50,000

      5,500,000

Perbaikan Mesin

2

44

       150,000

      6,600,000

Perbaikan Body

 

8

       125,000

      1,000,000

Perbaikan Sistem Kemudi

10

         30,000

        300,000

Perbaikan Roda

 

7

         15,000

        105,000

Press velg roda

 

8

         25,000

        200,000

Jasa pengecatan body

 

5

         55,000

        275,000

Pencucian

5

110

           7,000

        770,000

Penjualan suku cadang

1

22

       250,000

      5,500,000

Jumlah

43

984

 

    30,150,000

Berdasarkan tabel di atas, dapat diamati, bahwa sebagian besar bengkel lebih sering melayani perawatan kecil, karena kendaraan bermotor harus secara rutin mendapatkan perawatan kecil, sedangkan perawatan besar ataupun perawatan lainnya diperlukan jika kendaraan tersebut mengalami kerusakan, baik mesin maupun body nya, kecuali jasa pencucian. Penjualan sparepart kepada konsumen bukan merupakan pendapatan utama perusahaan bengkel motor karena penjualan tersebut hanya terjadi apabila ada kerusakan sparepart pada motor yang sedang di service oleh bengkel.

Struktur Biaya Usaha Bengkel Motor

Struktur biaya jasa bengkel motor, berdasarkan hasil survey lapangan dan opini pakar, terdapat 2 jenis biaya yang akan diuraikan sebagai berikut :

  1. BIAYA LANGSUNG, yang terdiri dari :
    1. Gaji mekanik senior
    2. Gaji mekanik junior
    3. Air PDAM
    4. Listrik
    5. BBM Generator 
  1. BIAYA TIDAK LANGSUNG yang terdiri dari :

BIAYA OPERASIONAL

  • Telepon
  • Gaji kepala bengkel
  • Gaji front desk
  • Gaji kasir
  • Gaji kepala gudang
  • ATK dan P3K
  • Pemeliharaan alat
  • Pemeliharan gedung

BIAYA NON OPERASIONAL

  • Biaya penyusutan kantor dan bengkel
  • Biaya penyusutan peralatan dan perlengkapan
  • Biaya bunga pinjaman 

Pada tabel  akan diuraikan mengenai struktur biaya (per bulan) berdasarkan proyeksi laba rugi tahun pertama untuk jasa bengkel motor serta jasa layanan yang diberikan (lihat pada lampiran).

Tabel .  Analisis struktur proyeksi laba rugi tahun pertama untuk jasa bengkel motor (dalam rupiah)

uraian

Bengkel Motor

Pendapatan

318,082,500

100.0%

Biaya langsung

125,017,500

41,0%

Laba kotor

193,065,000

59,0%

Biaya operasional

48,000,000

15.0%

Laba operasional

145,065,000

45.0%

Biaya non-operasional

112,670,952

13,0%

Laba sebelum pajak

32,394,048

32.0%

Pajak

3,239,405

6.0%

Laba bersih

29,154,644

26.0%

Sebagai dasar menyusun proyeksi laba rugi selama 5 (lima) tahun digunakan asumsi peningkatan tarif sebesar 5 persen per tahun (sesuai estimasi pertumbuhan ekonomi Indonesia) dengan laju inflasi sebesar 10 persen per tahun.

Dari tabel tersebut terlihat bahwa biaya langsung jasa bengkel motor relatif rendah hanya sekitar 41 persen dari pendapatan. Persentase biaya langsung dipengaruhi paling besar oleh gaji mekanik, sedangkan yang paling sedikit pengaruhnya terhadap biaya langsung adalah biaya BBM generator.

Secara umum, komponen biaya langsung yang memberikan kontribusi secara significant dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) jenis komponen biaya yaitu:

  • - biaya gaji mekanik,
  • - pembelian sparepart,

Sedangkan biaya air, listrik, dan BBM generator tidak memberikan kontribusi secara significant.

Untuk perhitungan biaya tidak langsung dibedakan antara biaya operasional dan biaya non-operasional. Dalam analisis aspek finansial, biaya operasional untuk jasa bengkel motor ini diasumsikan sama.

Biaya operasional tersebut disusun berdasarkan struktur organisasi perusahaan jasa bengkel motor. Komponen biaya operasional terbesar adalah biaya pegawai, yang mencapai 76 persen dari total biaya operasional. Sedangkan secara keseluruhan biaya operasional untuk jasa bengkel motor hanya 15 persen dari pendapatan.

Termasuk dalam komponen biaya non-operasional adalah biaya penyusutan dan beban bunga. Komponen biaya non-operasional yang memberikan kontribusi paling besar adalah biaya penyusutan bengkel sebesar 9 persen dari pendapatan. Perhitungan nilai penyusutan yang digunakan dalam bahasan ini adalah metoda straight-line. Secara keseluruhan biaya non-operasional untuk jasa bengkel motor sekitar 13 persen dari pendapatan.

Struktur Investasi dan Permodalan Usaha Bengkel Motor

Dalam melakukan analisis finansial, diasumsikan bahwa investasi pembelian tanah dan pembangunan bengkel dibiayai oleh dana pinjaman. Besarnya dana pinjaman (untuk modal investasi bengkel dan tanahnya) diasumsikan 75 persen dari total kebutuhan investasi, sedangkan 25 persen sisanya diperoleh dari modal sendiri. Untuk jenis bengkel yang di dirikan adalah bengkel kelas I, dengan standar minimal sesuai dengan spesifikasi Surat Keputusan Menperindag No.551 tahun 1999.

Pada tabel berikut ini akan dijelaskan mengenai total kebutuhan pembiayaan yang terdiri dari modal investasi dan modal kerja untuk mendirikan usaha bengkel motor. Perhitungan total kebutuhan Investasi dan Permodalan tersebut dilakukan berdasarkan proyeksi cashflow.

Dari tabel tersebut, terlihat bahwa investasi  untuk jasa bengkel motor, termasuk biaya pembelian tanah, pendirian bangunan, modal kerja.

Investasi dan Permodalan dipakai untuk membeli sparepart yang akan dijual di bengkel, sebagai persiapan untuk mengganti onderdil motor yang sedang diservice.  Besarnya modal kerja yang dibutuhkan untuk bengkel motor dapat dilihat pada lampiran proyeksi cash flow perusahaan.

Dalam analisis finansial, modal kerja tambahan tersebut diasumsikan diperoleh dari pinjaman sebesar 75 persen. Apabila penjualan sparepart jumlahnya semakin besar maka diperlukan tambahan modal kerja yang lebih besar lagi.

Selain modal kerja dibutuhkan untuk membeli barang dagangan, usaha pengembangan bengkel motor ini memerlukan modal tambahan untuk membayar biaya-biaya lain yang terus berjalan pada saat usaha belum jalan dan masih dalam proses pembangunan.

Tabel .    Perhitungan kebutuhan pembiayaan untuk bengkel motor

Investasi Tanah dan Bangunan

Unit

Ukuran

Jumlah

Sub Total

Fasilitas Kantor

 

 

 

 

  Kantor kepala bengkel

1

2 x 3 m2

6

 

  Front desk

1

2 x 3 m2

6

 

  Kasir

1

2 x 3 m2

6

 

Sub total

 

 

 

18

Fasilitas Umum

 

 

 

 

  Toilet Pria / Wanita

2

@ 2,5 x 2 m2

10

 

  Mushola

1

3 x 3 m2

9

 

  Parkir (10 motor)

 

 

50

 

Sub total

 

 

 

69

Fasilitas Operasional

 

 

 

 

  Pit perawatan & perbaikan

10

@ 1,5 x 2,5 m2

37.5

 

  Pit pencucian

2

@ 1,5 x 2,5 m2

7.5

 

  Pit perbaikan frame body

2

@ 2 x 3 m2

12

 

  Pit pengecatan

2

@ 2 x 3 m2

6

 

  Ruang P3K

1

3 x 4 m2

12

 

Investasi Tanah & Bangunan

Unit

Ukuran

Jumlah

Sub Total

  Penampungan limbah

1

1 x 2 m2

2

 

  Gudang suku cadang & alat

1

3 x 3 m2

9

 

  Jalur keluar-masuk areal pit

 

24

 

Sub total

 

 

 

110

Total Kebutuhan lahan

 

m2

 

197

NJOP Bumi (Rp/m2)

 

Kelas 15

1,032,000

 

Investasi Tanah Rp

 

 

 

203,304,000

Total Luas Bangunan

 

m2

 

197

NJOP Bangunan(Rp/m2)

Kelas 2

986,000

 

Investasi Bangunan Rp

 

 

194,242,000

Investasi Tanah & Bangunan Rp

 

 

397,546,000

 

 

 

 

 

Investasi Peralatan

Jumlah Min.

Satuan

Harga @ Rp

Sub total

  Kunci saringan olie

3

Unit

60,000

180,000

  Kunci roda

3

Unit

70,000

210,000

  Kompresor angin

1

Unit

7,020,000

7,020,000

  Wash gun

2

unit

175,000

350,000

  Generator

1

unit

12,150,000

12,150,000

 

 

 

Sub Total

20,360,000

Peralatan Khusus

 

 

 

 

  Tune up

3

unit

210,000

630,000

  Mesin

2

unit

6,750,000

13,500,000

  Frame & body

1

unit

3,915,000

3,915,000

  Sistem kemudi

1

Unit

1,125,000

1,125,000

  Roda

1

Unit

1,125,000

1,125,000

 

 

 

Sub Total

20,295,000

Jumlah

 

 

 

40,655,000

TOTAL PINJAMAN INVESTASI & MODAL KERJA

 

 

Nilai bengkel & peralatan

rupiah

 

438,201,000

Pembelian sparepart (MK)

1.5

kali

5,500,000

8,250,000

Nilai pinjaman

 

rupiah

75%

334,838,250

Total pinjaman

 

 

 

334,838,250

 

 

 

 

 

 

 

Kebutuhan lahan terbesar bengkel motor digunakan untuk fasilitas operasional yang disebut dengan pit yang fungsinya mirip dengan stall pada bengkel motor. Lokasi tempat usaha diasumsikan berada di dekat perumahan dan jalur transportasi umum, maka prakiraan nilai investasi tanah pada kelas Bumi 15 dan bangunan pada kelas 2 berdasarkan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP).

Usaha ini membutuhkan minimum 6 jenis peralatan teknik untuk menyelesaikan pekerjaan umum dan 5 peralatan teknik untuk pekerjaan khusus, yang semuanya dioperasikan dengan tenaga manusia, dengan nilai investasi peralatan Rp     40,655,000.

Analisa Kelayakan Usaha Bengkel Motor

Sebagai dasar penyusunan analisis kelayakan usaha, selain beberapa asumsi yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya, juga disertakan asumsi-asumsi mengenai pinjaman modal investasi, sebagai berikut:

  • tingkat margin rata-rata investor 19 persen per tahun
  • masa tenggang (grace period) selama 3 bulan
  • jangka waktu pengembalian 60 bulan
  • Usaha ini telah beroperasi lebih dari 5 tahun
  • Melakukan ekspansi usaha dengan pembukaan cabang baru
  • Penjualan suku cadang dan barang komplementer lainnya (misal : asesoris dan pelumas) termasuk dalam analisis arus kas untuk menguji daya tahan usaha tersebut

Pada tabel berikut ini akan dijelaskan mengenai hasil perhitungan dan analisis investasi (kelayakan usaha) untuk jenis jasa bengkel motor. Perhitungan dan analisis investasi (kelayakan usaha) serta analisis break event point (BEP) yang lebih terperinci dapat dilihat pada lampiran.

Tabel .  Analisis kelayakan usaha untuk jasa bengkel motor

jenis jasa bengkel motor

Break event point (rupiah)

pay back period (bulan)

net present value 1 ) (rupiah)

Internal rate of return

Benefit cost ratio

Bengkel motor

22,519,049

33

62,506,837

24.93%

1.14

1 ) dihitung pada tingkat margin investor sebesar 19 persen per tahun dengan waktu pengembalian 60 bulan

Dari tabel di atas, secara umum dapat dilihat bahwa pengoperasian jasa bengkel motor layak untuk dilakukan. Jasa bengkel motor memiliki pay back period di bawah jangka waktu pengembalian yang ditetapkan (33 bulan), dengan internal rate of return (IRR) lebih tinggi dari tingkat suku bunga yang berlaku (24,93 persen), net present value (NPV) yang positif  (Rp. 62,506,837), nilai benefit cost ratio (BCR) lebih dari 1,00 serta memiliki BEP yang cukup rendah (hanya sekitar 74,6 persen dari target penjualan).

Analisa Sensitivitas Usaha Bengkel Motor

Penurunan pendapatan, kenaikan upah tenaga kerja langsung (mekanik) dan utilitas (listrik, air, bahan bakar) menurut opini pakar merupakan faktor-faktor yang sensitif dan akan berpengaruh terhadap tingkat pencapaian keuntungan perusahaan bengkel motor. Penurunan pendapatan sangat mungkin terjadi pada sektor jasa bengkel motor mengingat daya beli masyarakat yang begitu rendah dan persaingan dalam memperebutkan konsumen. Persaingan tersebut semakin bertambah ketat tatkala tenaga mekanik membuka bengkel sendiri.

Kenaikan gaji tenaga kerja langsung merupakan komponen biaya yang paling sensitif untuk jasa bengkel motor secara umum, terutama akibat tuntutan pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan. Hampir setiap tahun pemerintah menaikan standar gaji pegawai secara umum. Bila pemilik bengkel memiliki kepala bengkel, gaji maksimum yang dapat diberikan adalah Rp 1,8 juta per bulan untuk menjaga loyalitas dan kreativitasnya. Rasio maksimum antara jumlah mekanik senior dan junior adalah 1:10, untuk menjaga konsentrasi, kualitas dan kecepatan penyelesaian pekerjaan menurut kasusnya.

Sedangkan kenaikan tarif listrik, air, dan BBM, didorong oleh laju inflasi yang cukup tinggi dan nilai tukar US dollar yang masih fluktuatif, apalagi kondisi politik yang masih belum stabil sehingga sangat berpengaruh terhadap nilai tukar mata uang asing (exchange rate). Komponen biaya langsung yang memberikan kontribusi peningkatan biaya secara lainnya adalah biaya utilitas (listrik, air, dan BBM generator) .

Pada tabel  berikut merupakan tabel sensitivitas untuk faktor-faktor pendapatan, biaya tenaga kerja langsung, dan utilitas. Tabel sensitivitas tersebut menunjukkan seberapa besar kemampuan jasa bengkel motor terhadap perubahan biaya dan pendapatan agar tetap layak beroperasi.

Tabel . Analisis sensitivitas pendapatan dan biaya untuk jasa bengkel motor

Faktor perubah

Besarnya perubahan

Kondisi sebelum

Kondisi sesudah

selisih

Pendapatan

- 7.5 %

 

 

 

l  l         NPV

 

    62,506,837

1,710,791

(60,796,046)

l  l         IRR

 

24.93%

19.17%

-5.76%

l  l         Kas

 

351,678,547

251,974,642

(99,703,905)

Tenaga Kerja

+ 28 %

 

 

 

l  l         NPV

 

    62,506,837

89,862

(62,416,975)

l  l         IRR

 

24.93%

19.01%

-5.92%

l  l         Kas

 

351,678,547

248,347,507

(103,331,040)

Listrik, Air, dan BBM

+ 400 %

 

 

 

l  l         NPV

 

    62,506,837

6,348,026

(56,158,811)

l  l         IRR

 

24.93%

19.62%

-5.31%

l  l         Kas

 

351,678,547

258,772,269

(92,906,278)

Penurunan pendapatan jasa bengkel motor sebesar 7,5 persen ternyata sangat mempengaruhi aspek kelayakan usaha. NPV turun hingga lebih dari Rp. 60 juta, begitu juga dengan cashflow turun hingga lebih dari Rp. 99 juta. Dengan demikian, penurunan sebesar 7,5 persen tersebut merupakan batas toleransi penurunan pendapatan bagi usaha jasa bengkel motor. Penurunan pendapatan jasa bengkel motor diatas 7,5 persen mengakibatkan jasa bengkel motor menjadi tidak layak dilakukan.

Kenaikan biaya tenaga kerja langsung (gaji mekanik) sebesar 28 persen ternyata juga sangat berpengaruh pada aspek kelayakan usaha jasa bengkel motor, meskipun dampaknya tidak sebesar dampak penurunan pendapatan. Dampak kenaikan gaji sebesar 28 persen merupakan batas kenaikan maksimal untuk biaya tenaga kerja langsung. Dampak kenaikan biaya tenaga kerja langsung terlihat pada nilai NPV turun hingga lebih dari Rp. 62 juta, dan IRR turun menjadi 19,01 persen mendekati suku bunga perbankan yang berlaku saat ini. Sedangkan cashflow mengalami penurunan lebih dari Rp. 103 juta. Dengan demikian, kenaikan biaya tenaga kerja langsung sampai dengan 28 persen merupakan batas layak usaha ini dilaksanakan, sedangkan apabila melebihi batas tersebut usaha ini menjadi tidak layak untuk dilakukan.

Kenaikan biaya listrik, air, dan bahan bakar generator tidak begitu sensitif perubahannya terhadap kelayakan usaha jasa bengkel motor. Kenaikan biaya tersebut sampai dengan 400 persen baru mengakibatkan penurunan NPV sebesar Rp. 56 juta dan nilai IRR turun menjadi 19,62 persen. Peningkatan biaya ini berpengaruh pula terhadap penurunan kas perusahaan sampai dengan Rp. 92 juta. Dengan demikian, kenaikan biaya listrik, air, dan bahan bakar generator sampai dengan 400 persen merupakan batas layak usaha ini dilaksanakan, sedangkan apabila melebihi batas tersebut usaha ini menjadi tidak layak untuk dilakukan.