PustakaDunia.com

Penampilan Sapi Bali Jantan Muda yang Diberikan Ransum Komplit

Penampilan Sapi Bali Jantan Muda yang Diberikan Ransum Komplit -  (Performance of young bali cattle given complete ration) oleh Mmuhammad Zain Mide, Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis kemerdekaan Km.10 PO.BOX.  90245  Makassar.

ABSTRACT : Performance of young bali cattle given complete ration 

The purpose of study was to performance of young bali cattle given complete ration. The experiment was carried out according to latin square design 4 x 4. In every period each of the cattle, 2,0 – 2,5 years old with body weight varied between 130,9 – 135,9 kg, was given one four treatment ration, i.e. A. 25 % rice straw + 75 % concentrate, B. 25 % rice straw + 75 % concentrate (wafer), C. 25 % fermented rice straw + 75 % concentrate, and D. 25 % fermented  rice straw + 75 % concentrate (wafer). Each experimental periode ran for 17 days, 7 days preliminary to experimental diet and 10 days for data collection. Data analysis indicated that treatments did not affect (P>0,05) consumption of dry matter, crude protein,  crude fat , crude fiber, body weight  gain and feed efisiency to young Bali cattle. In conclusion, provision of rice straw or fermented rice straw inform of wafer did not  give any  furtherbenefits over non wafer form or the yusual  one. 

Key words: Performance, complete ration, bali  cattle and eficiency. 

ABSTRAK : Penampilan Sapi Bali Jantan Muda yang Diberikan Ransum Komplit 

Tujuan percobaan adalah untuk mempelajari performans sapi Bali jantan muda yang diberikan ransum komplit. Penelitian ini dilakukan berdasarkan rancangan bujur sangkar latin 4 x 4. Dalam setiap periode percobaan, masing-masing ternak percobaan mendapatkan salah satu dari empat perlakuan ransum, yaitu A. 25 % jerami padi + 75 % konsentrat, B. 25 % jerami padi + 75 % konsentrat (diwafer), C. 25 % jerami padi terfermentasi + 75 % konsentrat dan D. 25 % jerami padi terfermentasi + 75 % konsentrat (diwafer). Tiap periode percobaan berlangsung 17 hari, 7 hari pembiasaan terhadap ransum percobaan dan 10 hari koleksi data. Analisis data menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap semua parameter yang diamati. Kesimpulan, pemberian jerami padi dalam bentuk wafer tidak memberikan manfaat lebih jauh dibandingkan pemberiannya dalam bentuk biasa (bukan wafer). 

Kata kunci: Penampilan, ransum komplit, sapi Bali dan efisiensi

Ketersediaan pakan masih menjadi kendala pengembangan ternak ruminansia di Indonesia. salah satu upaya untuk mengatasi masalah ini terutama  di Sulawesi Selatan adalah penerapan teknologi pengolahan pakan terhadap pemanfaatan limbah pertanian dan industri, karena  ketersediaan lahan semakin sempit untuk pengembalaan ternak maupun untuk penanaman hijauan pakan, maka perlu dilakukan upaya penggemukan secara feedlot.

Penggemukan secara feedlot merupakan sistem penggemukan yang dilakukan dalam waktu singkat di kandang dengan komponen pakan konsentrat tinggi (Purbowati dkk, 2007). Usaha  yang dilakukan agar imbangan pakan kasar dan konsentrat pada pakan penggemukan secara feedlot tepat sesuai dengan yang diharapkan maka pakan tersebut harus berupa pakan komplit bentuk wafer dan mengandung pakan sumber serat seperti jerami padi.

Pakan komplit merupakan pakan yang cukup mengandung nutrien untuk ternak dalam tingkat fisiologis tertentu yang dibentuk dan diberikan sebagai satu-satunya pakan yang mampu memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksi tampa tambahan substabsi lain kecuali air (Hartadi, dkk. 2005). Semua bahan pakan tersebut, baik pakan kasar maupun konsentrat dicampur secara homogen menjadi satu.

Pembuatan pakan komplit sebaiknya menggunakan pakan lokal. Hal ini sangat diperlukan mengingat ketangguhan agribisnis peternakan adalah mengutamakan menggunakan bahan baku lokal yang tersedia didalam negeri dan sedikit mungkin menggunakan komponen impor (Saragih, 2000). Selain itu, paradigma pembangunan peternakan di era reformasi adalah terwujudnya masyarakat yang sehat dan produktif serta kreatif melalui peternakan tangguh berbasis sumber daya lokal ((Sudardjat, 2000). Penggalian potensi penggunaan limbah sebagai bahan pakan lokal sangat diperlukan mengingat rumput yang merupakan kebutuhan utama pada sapi, yang ketersediaannya langka dimusim kemarau. Penggunaan pakan lokal merupakan salah satu pakan alternatif pemecahan masalah ketidak-kontinyuan penyediaan bahan pakan untuk hewan ruminansia.

Syamsu dkk (2005) menyatakan bahwa limbah pertanian tanaman pangan memiliki potensi yang cukup besar sebagai sumber pakan ternak ruminansia. Meskipun demikian limbah pertanian seperti jerami mengandung serat kasar yang tinggi dan palatabilitasnya sangat rendah, sehingga perlu diupayakan peningkatan kualitas supaya dapat dimanfaatkan secara maksimal pada penggemukan sapi secara feedlot. Salah satu upaya yang tepat dilakukan untuk memperbaiki kualitas jerami adalah pengolahan secara fisik, kimia dan biologis.  Tujuan penelitian ini untuk mempelajari teknologi pembuatan ransum komplit berbasis pakan lokal yang dapat memberikan pengaruh maksimal terhadap penampilan sapi bali jantan muda yang dipelihara secara feedlot. Sasaran penelitian ini adalah 1)  mendapatkan model ransum komplit berbasis pakan lokal yang dapat diaplikasikan kapada masyarakat peternak. 2) mendapatkan teknologi pembuatan ransum komplit yang dapat diterapkan kepada masyarakat peternak.

Material penelitian

Material penelitian ini adalah berupa sapi Bali jantan umur 2,0 - 2,5 tahun dengan berat badan awal 130,9 – 135,9 kg sebanyak 4 ekor. Bahan pakan yang digunakan untuk menyusun ransum komplit adalah jerami padi dan konsentrat yang terdiri dari dedak padi, gaplek, bungkil kelapa, tepung jagung, molases, mineral sapi, dan NaCl.

Jerami padidifermentasi dengan menggunakan  6 % urea,  5 % molases, 0,6 % mineral Sulfur dan 1 g kapang pelapuk putih/kg jerami padi, dan lama fermentasi 10 hari.

Pemberian perlakuan pada sapi bali dirancang menggunakan rancangan bujur sangkar latin kedalam 4 perlakuan dan 4 periode sebagai ulangan. Ransum komplit dibuat 4 macam bentuk perlakuan dimana komposisi bahan pakan dan kendungan nutrisi ransum komplit setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2.

Tabel 1. Komposisi bahan pakan setiap ransum perlakuan

Bahan pakan

Perlakuan

           A

          B

          C

           D

Jerami padi

Jerami padi fermentasi

Dedak padi

Tepung gaplek

Bungkil kelapa

Tepung jagung

Molases

Mineral sapi

NaCl

25

-

42

  5

10

10

  3

  2

  3

25

-

42

  5

10

10

  3

  2

  3

-

25

42

  5

10

10

  3

  2

  3

-

25

42

  5

10

10

  3

  2

3

T o t a l

100

100

100

100

Keterangan :

  1. Jerami padi 25 % + konsentrat 75 %
  2. Jerami padi 25 % + konsentrat 75 % (diwafer)
  3. Jerami padi fermentasi 25 % + konsentrat 75 %
  4. Jerami padi fermentasi 25 % + kosentrat 75 % (diwafer) 

Tabel 2. Kandungan nutrisi ransum komplit tiap perlakuan (%)*

 

Nutrisi

Perlakuan

     A

           B

         C

         D

Baha kering

Protein kasar

Lemak kasar

Serat kasar

BETN

Abu

80,66

9,91

6,11

17,98

50,14

15,87

79,37

9,75

6,21

18,80

49,42

15,83

81,17

10,49

6,92

16,76

50,18

15,66

89,31

10,73

8,21

12,77

53,21

15,09

Keterangan : * Analisis Proksimat ransum komplit dari Laboratorium Kimia Nutrisi

makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin 2010

Penelitian ini  berlangsung selama 60 hari yang terdiri dari pembiasaan terhadap  ransum perlakuan selama 5 hari, dan pengambilan data10 hari setiap periode. Ransum komplitdan air minum diberikan secara ad libitum, sisa pakan diambil pada hari berikutnya pada waktu pagi.Sapi diberikan Piterna 5 cc per ekor per hari melalui air minum. 

Parameter yang Diamati

Parameter yang diamati meliputi konsumsi bahan kering, protein kasar, lemak kasar, serat kasar, pertambahan bobot hidup harian, dan efisiensi penggunaan ransum. 

Rumus yang digunakan adalah

  1. Konsumsi bahan kering adalah selisih konsumsi bahan kering ransum komplit dengan sisa dibagi lama pengambilan data.
  2. Konsumsi nutrisiransum komplit adalah konsumsi bahan kering ransumkomplit dikali dengan kandungan nutrisi ransum komplit.
  3. Pertambahan bobot hidup harian merupakan selisih antara bobot hidup akhir dan awal  dibagi lama pengambilan data tiap periode
  4. Efisiensi penggunaan ransum adalah perbandingan pertambahan bobot hidup harian dengan konsumsi bahan kering ransum 

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Rancangan Bujur Sangkar Latin 4 x 4 (4 perlakuan dan 4 period (Steel dan Torrie, 1991). 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rata-rata komssumsi bahan kering, protein kasar, lemak kasar, serat kasar, pertambahan bobot hidup harian, efisiensi penggunaan ransum dapat dilihat pada Tabel2. 

Tabel 2.  Konsumsi Nutrisi, Pertamban Berat Badan Harian, Konversi dan Efisiensi         Penggunaan ransum pada sapi Bali jantan 

Konsumsi Nutrisi

Perlakuan

A

B

C

D

Bahan kering (kg/e/h

Protein kasar (kg/e/h)

Lemak kasar (kg/e/h)

Serat kasar (kg/e/h)

PBHH (kg/e/h)

Efisiensi penggunaan ransum

3,570

0,325

0,208

0,677

 0,580

0,169

3,350

1,597

0,187

0,707

 0,560

0,155

3,630

1,800

0,220

 0,748

0,770

0,213

3,600

1,842

0,208

0,595

0,480

0,134

Konsumsi Nutrisi Pakan

Berdasarkan sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap konsumsi bahan kering ransum,protein kasar, lemak kasar, dan serat kasar, pertambahan bobot hidup harian dan efisiensi penggunaan ransum komplit pada sapi bali jantan yang dipelihara secara feedlot. Perlakuan tidak berpengaruh karena data yang diperoleh antara perlakuann perbedaannya terlalu sedikit, berarti meskipun jerami padi difermentasi atau tidak difermentasi diberikan dalam bentuk wafer atau tidak diwafer pengaruhnya sama secara statistik terhadap semua parameter. 

Konsumsi bahan kering ransum komplit paling tinggi diperoleh pada perlakuan C ,Hal ini diduga pengaruh fermentasi. Fermentasi jerami padi dengan menggunakan  urea,  pelapuk putih, mineral sulfur dan molasesdiharapkan dapat  memperbaiki kualitas jerami padi, yang penggunaannya dalam bentuk ransum komplit adalah 25 % dalam susunan ransum yang berfungsi sebagai sumber serat. Perbedaan konsumsi bahan kering ransumantar perlakuan selama penelitian diduga karena pengaruh pertambahan bobot hidup, jumlah pakan yang dikonsumsi, kecernaan dan kandungan protein serta energi yang terkandung dalam ransum (Crampton dan Haris yang disitasi oleh Susanto dkk., 2004). Makin tinggi bobot hidup ternak kapasitas lambung  dan saluran pencernaan semakin besar sehingga ternak makin banyak mengonsumsi pakan. sehubungan yang dikemukakan  Parakkasi (1999) bahwa semakin tinggi bobot hidup sapi, maka kapasitas lambung dan saluran pencernaan juga bertambah besar yang mengakibatkan konsumsi bahan kering juga semakin meningkat. selanjutnya dijelaskan bahwa bobot hipup akan mempengaruhi kebutuhan nutrisi untuk hidup pokok, dan kebutuhan tersebut dipengaruhi oleh konsumsi pakan. Menurut Susetyo (1969) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah pakan yang dikonsumsi adalah palatabilitas, gerak laju pakan,

Konsumsi protein kasar ransum komplit perlakuan C dan D lebih tinggi daripada perlakuan A dan B. Hal ini mungkin karena pengaruh kandungan protein kasar dan konsumsi bahan keringransum lebih tinggi (Tabel 1).  Menurut Tillman dkk. (1991) bahwa besar kecilnya  jumlah nutrisi yang masuk dipengaruhi oleh konsumsi bahan kering. Kebutuhan sapi akan protein semakin meningkat seiring kenaikan bobot hidupnya, semakin besar bobot hidup seekor  ternak semakin besar pula kebutuhan akan protein (Kearl, 1982; Tillman dkk. 1991). Protein pakan yang masuk kedalam tubuh akan digunakan ternak untuk mengganti jaringan tubuh yang telah rusak dan untuk pertumbuhan   (Tillman, dkk., 1991; Anggorodi, 1994). Perbedaan konsumsi protein kasar ransum antar perlakuandipengaruhi oleh berat hidup sapi dan kandungan protein kasar pakan komplit tiap perlakuan selama penelitian.

Konsumsi lemak kasar pakan komplit lebih rendah pada perlakuan B dan Ddaripada perlakuan A dan C (Tabel 2). Hal ini diduga pengaruh pemanasan dalam pembuatan wafer dimana pemanasan dapat menyebabkan menguapnya asam lemak rantai pendek, denaturasi protein, kerusakan vitamin bahkan terjadinya reaksi “Maillard”. Reaksi ‘Maillard’ yaitu polimerisasi gula pereduksi dengan asam amino primer membentuk senyawa melanoidin berwarna coklat, proses ini terjadi akibat adanya pemanasan (Muller, 1988).

Konsumsi serat kasar pakan komplit perlakuan C paling tingi dibandingkan dengan perlakuan lain. Serat kasar yang dikonsumsi ternak masih dapat ditoleril sampai 15 %.  Selulosa dan hemiselulosa dapat digunakan oleh indung semang sebagai sumber energi. Hasil akhir pencernaan oleh jasad renik terhadap selulosa adalah  Folatile fatty Acid. Folatile Fetty Acid terdiri dari asam  asetat, asam propionate dan asam butirat yang berperan terhadap metabolisme energi pada ternak ruminansia (Tillman dkk. 1991). Sedangkan Komar (1984) menyatakan bahwa jerami padi berkadar serat kasar tinggi yang terdiri dari selulosa dan hemiselulosa akan mengalami proses fermentasi dalam rumen melalui aktivitas mikroorganisme yang pada gilirannya fermentasi serat kasar ini akan menghasilkan asam lemak terbang. Asam lemak terbang ini merupakan sumber energi bagi ternak. 

Pertambahan Bobot Hidup Harian

Berdasarkan sidik ragam menujukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap pertambahan bobot hidup harian dan efisienasi penggunaan pakan pada sapi Bali jantan muda. Hal ini diduga perlakuan yang diberikan sama pengaruhnya terhadap pertambahan bobot hidup harian pada sapi Bali jantan. Pertambahan bobot hidup harian sapi paling tinggi diperoleh pada perlakuan C dan paling rendah diperoleh pada perlakuan D (Tabel 2).Ransum komplit mengandung jerami padi fermentasi, dimana jerami padi difermentasi dengan urea, mineral sulfur dan molases, ternyata ransum komplit mengandung jerami padi fermentasi tidak diwafer dapat meningkatkan pertambahan bobot badan harian sapi Bali jantan muda. Tapi hasil penelitian ini masih lebih rendah daripada yang diperoleh Rianto (2007) bahwa sapi PO jantan yang diberi pakan hay rumput gajah, ampas tahu dan ubi kayu mampu mencapai pertambahan bobot hidup harian sebesar 1,09 kg. sedangkan penelitian ini menggunakan sapi Bali yang diberikan  jerami padi, dedak padi, jagung, bungkil kelapa, minela sapi, molases dan NaCl. Konsentrasi protein dalam pakan yang digunakan tergantung bobot badan ternak. Makin tinggi bobot badan ternak  konsumsi pakan makin tinggi dan mengakibatkan laju pertumbuhan yang lebih cepat (Maynard and Loosli, 1969).  Pertambahan bobot hidup sapi ditentukan oleh berbagai faktor yaitu bangsa sapi, jenis kelamin, umur, kualitas pakan, jumlah konsumsi pakan, faktor lingkungan dan genetik (Cambell dkk.,  Lasley, 1985). Untuk memaksimalkan produksi ternak dengan memperhatikan faktor pakan khususnya kandungan protein yang merupakan senyawa organik yang kompleks yang berfungsi  untuk membangun dan memelihara jaringan dan organ tubuh, menyediakan energi dalam tubuh, menyediakan sumber lemak badan dan menyediakan asam amino (Timbah dkk.  1991).

Efisiensi penggunaan ransum komplit pada sapi Bali jantan paling tinggi perlakuan C dibandingkan dengan perlakuan lain.Rata-rata data secara biologis efisiensi penggunaan ransum tiap perlakuan A, B, C dan D (Tabel 2). Nampaknya makin tinggi  pertambahan bobot hidup harian, makin tinggi efisiensi penggunaan ransum komplit pada sapi Bali. Beberapa  faktor yang mempengaruhi pertambahan bobot badan harian pada sapi adalah kualitas pakan, konsumsi pakan, jenis kelamin, dan bangsa sapi.Jadi penggunaan ransum komplit pada sapi Bali jantan muda lebih efisien bila diberikan ransum komplit mengandung jerami padi fermentasi. 

KESIMPULAN : Penampilan Sapi Bali Jantan Muda yang Diberikan Ransum Komplit 

  1. Penggunaan pakan komplit diwafer atau tidak diwafer mengandung jerami padi fermentasi dan tidak difermentasi pengaruhnya sama terhadap konsumsi bahan kering, protein kasar, lemak kasar, serat kasar, pertambahan bobot hidup harian dan efisiensi penggunaan
  2. Perlakuan C yang mengandung jerami padi fermentasi tidak di wafermemberikan konsumsi bahan kering, lemak kasar, serat kasar,pertambahan bobot hidup harian dan efisiensi penggunaan ransum paling baik pada sapi Bali jantan muda. 
DAFTAR PUSTAKA 

Anggorodi.  1994.  Ilmu Makanan Ternak Umum. Cetakan ke-5. Pt. Gramedia Pustaka, Jakarta.

Cambell, J.P. and J.F. Lasley.  1985. The Sceince of Animal that Serve Mankind. 2nd  Ed. McGraw-Hill Publishing Co. Ltd, New Delhi.

Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo dan A.D. Tillman.  2005.  Tabel Komposisi pakan  untuk Indonesia. Gajah Mada University Press, Yokyakarta.

Kearl, L.C. 1982. Nutrient Requirements of Ruminants in Developing Countries.1st Ed. International Feedstuff Institute. Utah Agricultural Experiment Station University  Logan.olahan jerami padi sebagai makanan ternak. Yayasan Dian Grahita, Jakarta.

Komar, A.  1984. Teknologi pengolahan jerami padi sebagai makanan ternak.         Yayasan Dian Grahita, Jakarta. 

Maynard, L.A. and J.K. Loosli.  1969. Animal Nutrition. McGraw. Hill Publishin Company Ltd, New Delhi.

Parakkasi, A.1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Purbowati, E.,  Sutrisno, C.I., BaliartiE., Budhi, S.P.S. dan W.Lestriana.  2007. Pengaruh pakan komplit dengan kadar protein dan energy yang berbeda   pada penggemukan domba lokal jantan secara feedlot terhadap komversi pakan. 

Rianto, E., M. Wulandari, dan R. Adiwinarti.  2007. Pemanfaatan  protein pada sapi jantan Peranakan ongole dan Peranakan Fresien Holstein yang mendapat rumput gajah, ampas tahu dan singkong.Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 21 – 22 Agustus 2007 Buku I:130-135.

Saragih, B.  2000.  Kebijakan pengembangan agribisnis di Indonesia berbasiskan bahan baku lokal. Bull. Peternakan edisi Tambahan hlm. 6 – 11.

Steel, R.G.D. and H. Torrie.  1991. Prinsip Prosedur Statistika. Edisi Kedua.Diterjemahkan  oleh: B. SUMANTRI.  Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 

Susanto, S.A., E. Rianto dan J.A. Prawoto.  2004.  Pengaruh penggantian Konsentrat dengan ampas bir terhadap penampilan produksi sapi Peranakan Ongole yang mendapat pakan basal rumput Raja. J. Pengembangan Peternakan Tropis. Special Edition Bulan Oktober Buku I: 35 – 39.

Susetyo.  2001.  Hijauan Pakan Ternak. Direktorat Peternakan Rakyat, Direktorat Jendral Peternakan Departemen Pertanian. Jakarta. Laconi.2005.  Analisis Potensi Limbah Tanaman Pangan sebagai Sumber Pakan Ternak Ruminansia di Sulawesi Selatan.Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan. Volime VIII (4):291- 301.

Tillman, D., H. Hartadi, S. Prawirokusumo, S. Reksohadiprodjo dan S.Lebdosukojo.1991. Ilmu   Makanan Ternak Dasar.Gadjah  mada University Press, Yokyakarta.